Tuesday, September 9, 2014


Melihat kehidupan para remaja saat ini saya akan mencoba berbagi sebuah pengalaman yg ku dapatkan dari pengakuan  seorang wanita yang merupakan sahabat karib ku ini, Pergaulan yg salah arah di masa remaja. Pergaulan yg tanpa batas, bagi seorang wanita bukan hanya akan merendahkan martabatnya sebagai seorang wanita tapi juga bs dkatakan mempertaruhkan masa depannya dengan harga yang tidak sebanding. pola pikir instan, sok cantik, dan tak patuh pada nasihat orang tua menjadikannya kehilangan masa depan.

Begini kisah yg di ceritakannya :
Saya anak kedua dari empat bersaudara. Kakakku laki-laki dan aku anak perempuan paling besar dan adikku keduanya perempuan. Latar belakang keluargaku sebenarnya cukup baik. Selain mendapatkan pendidikan formal aku juga sering mendapatkan nasehat tentang berbagai hal termasuk sopan santun dan cara bergaul yang baik dr orang tua ku di rumah.

Sebenarnya prestasi saya disekolah bs di bilang cukup baik, tidak pernah tertinggal kelas. Namun saat SMU semuanya berubah, saya salah bergaul, teman-teman sepergaulan cenderung ke hura-hura dan nongkrong di mall. Namun saya tidak sadar bahwa masa itu lah awal tragedi yang saya rasakan sampai saat ini. Saya terbawa arus dan lupa diri dari pergaulan yang tidak sehat saat itu.

Teman-teman saya itu bukan orang berada, tapi mereka merasa berasal dari keluarga yg berada, dandanan menor, pakaian dengan aksesoris mencolok dan kalo ngobrol sok orang gedean. Padahal di rumahnya mereka orang susah, namun pandai merayu orang tua demi memenuhi gengsinya disekolah. Yang paling menyebalkan, prestasi mereka tidak ada satupun yang baik. Saya hanya menjadi anak bodoh yang sok pintar di lingkungan itu.


Lingkungan kami sering menyebut kami ini “ koboy-koboy betina” tapi kami menyebutnya “genk artis”. Kami bergerombol kesana kemari. Hingga SMU kelas II, anggota kami tetap sepuluh orang, yang empat orang sekelas dan sisanya beda kelas. Hal yang sering bahkan rutin kami lakukan adalah lomba merayu pria. jika ada pria ganteng kami pasang strategi, siapa yang mampu menggaet pria tersebut, dialah pemimpin kami bulan berikutnya dan seterusnya. Padahal kelompok kami masing-masing telah memiliki pacar namun sering gonta ganti pacar. Pacar kami itu semuanya bukan berasal dari sekolah kami, kebanyakan dari SMU lain, ada juga yang mahasiswa atau remaja pengangguran.

Sebenarnya kisah ini sangat memalukan utk ku ungkapkan, tapi utk kebaikan semuanya maka saya ungkapkan sebagian pengalaman ini.
Pada pertengahan kelas II SMU, kelompok kami sepakat untuk mengakhiri masa keperawanan. Bahkan jika ada yang telah hilang keperawanannya harus memberitahukan dengan bangga. Sebaliknya bagi yang belum, dianggap kurang pandai merayu dan akan di kenakan sangsi dr grup kami. Sebelum itu terjadi, kami belajar dari nonton bokep bersama, dan saling berbagi link yg ada di internet. Yang paling menjijikkan lagi, kami juga sering mandi bersama layaknya binatang.

Terus terang ini perilaku bejat yang kami lakukan kala itu. Hingga akhirnya, kehidupan seks bukan hal aneh lagi. Jika ada acara bersama teman sekolahan, kami sering membooking tempat tersendiri. Masi ingat kan pemberitaan di media cetak dan lainnya tentang ditemukan puluhan kondom di sebuah tempat wisata bekas camping anak SMU, itulah (mungkin) bekas kelompok kami atau mungkin yang lainnya, karena aku yakin byk kelompok lain yg sama persis dgn kelompok kami saat itu bahkan sampai saat ini.

Hampir seluruh anggota dari kelompok kami pernah hamil termasuk saya sendiri. Dan kami tidak pernah jera di karenakan saat itu kami memiliki langganan dukun anak yang bisa menggugurkan kandungan kami. Tidak pernah terpikirkan oleh kami akibat dr aborsi itu yg sebenarnya sangat berbahaya. Dan biasanya kami diantar oleh yang lainnya jika itu terjadi. Toh cuman bolos beberapa hari dengan alasan sakit saja maka semuanya akan beres juga. Hal itu terus terulang hingga tamat SMU, ada yang sampai mengalaminya dua kali, namun saya sendiri hanya sekali. Setelah itu di masa pacaran walaupun tanpa memakai kondom saya tidak pernah lagi hamil.

Lulus SMU kelompok kami bubar, sebagian ada yag langsung menikah. Sebagian besar putus dengan pacarnya seiring dengan tamatnya studi termasuk saya. Ada juga yang melanjutkan studi. Sementara saya langsung kerja di sebuah supermarket. Sebenarnya saya ingin kuliah, namun orang tua tak mampu membiayai.

Dua tahun setelah menjalankan kehidupan setelah tamat SMU saya menikah dengan teman satu kerjaan. Dia orangnya baik, lebih dewasa dan juga datang dari keluarga baik-baik. Saat itu saya berpikir, inilah saatnya saya menebus dosa-dosa saya dulu, saya ingin setia dan mengabdi pada suami. Untuk itu, saya keluar kerja dan mengisi seluruh waktu ku menjadi ibu rumah tangga.

Seperyti pepatah yg mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Hal itu benar saja, Dan ternyata suami saya sering bertanya terutama tentang malam pertama kami ketika dia mendapatkan saya tidak perawan lagi. Akhirnya informasi yg di dapatkannya menyebabkan dia stress. Dia juga sering mengeluhkan karena pernikahan yg sudah hampir dua tahun belum juga dikaruniai anak. Dari pemeriksaan dokter disebutkan, saya mandul karena pernah keguguran. Mendengar kuguguran suami saya kaget dan sepengetahuan dia selama ini hamil aja belum pernah. Di benakku mungkin akibat aborsi yang dulu pernah ku lakukan.

Saya sadar, masa lalu saya hitam. Kemandulan yang saya alami saat ini adalah buah dari perbuatan saya dulu. Setahun setelah itu,Suami saya menjadi berubah terhadap saya. Saya hanya “dipakai” sekali-kali itu juga dapat dihitung jari dalam setahun ini. Dia jadi jarang pulang ke rumah. Dgn kondisi begini kadang saya ingin menggugat cerai,namun takut karena saya lah yg bersalah dlm hal ini. Akhirnya saya pasrah dan akan menerima segala konsekuensi hidup ini termasuk apa yang akan diputuskan suami.

Namun sebagai wanita, tangisan saya meledak di mana saya mendapat kabar ternyata suami saya nikah lagi dengan seorang gadis dari kampung lain dan dsaat ini tengah mengandung enam bulan. Sakit rasanya hati ini. Sejak saat itu dunia saya seakan terhenti, awan pekat bergelayutan di mata saya, cobaan ini teramat berat bagi saya.

Ibu saya menyarankan agar saya menggugat cerai, tapi saya tetap menolak saran itu. Biarlah ini terjadi,dgn harapan bisa menghapus dosa ku di masa lalu. Kadang saya mengunjungi tempat di mana saya pernah melakukan maksiat semasa SMU. Di sana saya menangis,dan bertanya mengapa tanah itu mengizinkan saya berbuat maksiat.  Kadang muncul rasa benci teramat dalam terhadap tempat itu maupun teman ku dulu, namun itu semua tidak ada artinya.

Sampai detik ini juga aku tetap menjalankan kehidupan dgn kenyataan suami ku menikah tanpa menceraikan ku. Oh tuhan sampai kapan aku akan menahan derita ini?????


Dengan kisah dan pengalaman sahabat ku ini maka harapanku utk semuanya terutama para remaja agar berpikir dulu sebelum bertindak dan jangan biarkan lingkungan menguasai diri kita terutama lingkungan yg buruk.

No comments: